Ketika saya membaca sebuah tulisan tentang hacker dan cracker, beberapa
hari yang lalu, saya tersadarkan akan kesalahan penafsiran saya pada dua
istilah tersebut dalam dunia cyberspace. Awalnya saya beranggapan bahwa
hacker adalah cracker itu sendiri. Atau sama-sama mengusung sebuah
"penamaan" untuk membobol mekanisme dan kinerja komputer orang lain. Hal
itu pula lah yang kemudian menggiring kesadaran saya untuk mencoba
berselancar di dalam internet selama berjam-jam, mengeprin beberapa
naskah yang berkaitan dengan itu dan mencoba berkomunikasi dengan orang
lain dalam arena chating.
Satu pertanyaan yang saya ajukan pada mereka adalah, apa itu hacker? Dan
tragisnya, apa yang mereka jawab hampir sama dengan apa yang saya
miliki, yakni seorang hacker adalah penyusup yang sengaja masuk pada
jaringan komputer milik orang lain secara ilegal dan "mengacak-ngacak"
dokumen didalamnya. Lalu apa itu cracker? Jawabannya pun nyaris sama.
Intinya, baik hacker maupun cracker adalah para penyusup yang harus di
waspadai keberadaanya. Kalau kedua istilah itu punya arti yang sama,
maka pasti ada yang salah dengan pendefinisian keduanya.
Lalu, dimana letak kesalahan dari pendefinisian kedua istilah yang kerap
hinggap ditelinga kita ini? Apalagi semenjak ada kabar bahwa
"KPU-online" dibobol oleh para "hacker" beberapa bulan kebelakang.
Benarkah itu adalah pekerjaan seorang hacker? Atau pekerjaan seorang
cracker?
Tulisan ini mencoba menjawab dua istilah yang tidak asing ditelinga kita
tersebut dengan wacana seorang pembelajar murni. Artinya, saya bukan
dari kedua golongan tadi. Walaupun pada akhirnya menjadi tertarik untuk
sekedar tahu aktifitas mereka (para hacker & cracker) sebagai satu
ilmu yang menarik dalam dunia IT beberapa tahun ini.
PERSOALAN DASAR
Hacker dalam tulisan Eric Steven Raymond adalah " there is a community, a
shared culture, of expert programmers and networking wizards that its
history back trough decades to the firs time-sharing minicomputers and
the earliesr ARPAnet experiment"
Dengan kata lain, Raymon mengatakan, "the members of this culture
originated the term 'hacker'". Para hackerlah yang kemudian
memperkenalkan internet, membuat program sistem operasi UNIX hingga bisa
digunakan saat ini. Dan para hacker pula lah yang telah berjasa dalam
menjalankan World Wide Web sehingga dapat dinikmati oleh semua orang di
seluruh dunia di belahan manapun dia berada asal terkoneksi pada
internet.
Lebih lanjut Raymon mengatakan " jika anda berada pada komunitas ini dan
jika anda memiliki konstribusi didalamnya, dan kemudian orang mengenal
anda sebagai hacker, maka anda adalah seorang hacker".
Sekilas dari pandangan Raymon kita dapat satu definisi bahwa seorang
hacker bukanlah orang yang jahat seperti yang kita pikirkan selama ini.
Ya, jika mereka memang bisa masuk kedalam komputer kita (malalui
jaringan internet) karena mereka bisa menguasai ilmunya. Namun jika ada
orang yang kemudian masuk secara ilegal kedalam komputer kita dan
kemudian "mencuri dan mengacak-ngacak" data kita, mereka adalah CRACKER.
Dan bisa jadi mereka adalah seorang hacker dalam dunia yang berbeda.
Dengan kata lin, mereka semua adalah para ahli dalam hal teknologi
informasi ini dan berkecimpung serius didalamnya.
Namun untuk menghindari kerancuan, maka sebuah kata kunci dalam masalah
ini, menurut Raymon adalah perbedaan antara keduanya; seorang Hacker
adalah dia yang membangun sistem, sementara seorang Cracker malah
"menghancurkannya". (How to become a hacker, Eric S. Raymond, 2001).
Kapan istilah hacker menjadi trend sebagai sebuah kejahatan yang
menakutkan? Tidak lain karena "dosa" pakar film di hollywood yang
membiaskan istilah hacker dan cracker ini. Banyak film yang mengangkat
tema hacker dalam sebuah bentuk "penghancuran sistem informasi " yang
seharusnya makna itu diterapkan pada seorang cracker.
Sebut misalnya film the Net (1995), Take Down(1999). Film tersebut mengangkat tema hacker untuk menyebut cracker.
Dan dari kesalah penafsiran tadi, hingga kini pun istilah hacker masih
dibiaskan dengan istilah cracker. Kerancuan itu tidak hanya terjadi di
Indonesia saja, bahkan di luar negeripun pandangan terhadap keduanya
sama seperti itu.
Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara anggota
organisasi mahasiswa Tech Model Railroad club di Lab Kecerdasan
Artifisial Masschusetts Institute Of Teknology (MIT). Istilah hacker
awalnya bermakna positif untukmenyebut seorang anggota yang memiliki
keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat progranm komputer
dengan lebih baik ketimbang yang ada sebelumnya (Memahmi karakteristik
Komunitas Hacker: Studi Kasus pada Komunitas Hacker Indonesia, Donny
B.U, M.Si)
MENJADI HACKER
Mungkin sekilas tentang definisi di atas cukup untuk membatasi
sejauhmana peranan seorang hacker dan cracker itu. Tulisan ini tidak
akan mengangkat sejarah hacker dan awal mula kerancuannya. Namun lebih
menitik beratkan pada bagaimana seandainya kita belajar menjadi hacker.
Atau lebih spesifik, bisakah kita menjadi seorang hacker?
Dalam tulisan How to Become a Hacker, Eric Steven Raymon mengatakan
bahwa menjadi hacker tidaklah segampang yang dikira. Langkah awal untuk
menjadi seorang hacker haruslah menguasai minimal 5 bahasa pemrograman
yang ada. Ia menyebut bahasa pemrograman C/C++, Java, Perl, Phyton &
LISP. Selain itu mampu berinteraksi dengan program HTML untuk dapat
membangun komunikasi dengan jaringan internet. Semua dasar diatas adalah
ilmu yang "wajib" dimiliki jika kita memang berminat untuk menjadi
seorang hacker sejati. Karena pada dasarnya menjadi Hacker adalah
penguasaan terhadap membaca dan menulis kode.
Kenapa kode? Karena memang komputer yang kita jalankan setiap hari pada
intinya adalah terdiri dari berbagai kode instruksi yang cukup rumit.
Selain penguasaan terhadap bahasa pemrograman diatas, kita pun harus
punya bekal yang cukup dalam berbahasa inggris untuk dapat saling
bertukar pikiran dengan komunitas hacker dari seluruh dunia. Ini tidak
dilarang karena pada umumnya, mereka (anggota komunitas tersebut)
memiliki kode etik tersendiri tentang open-source atau kode-kode program
yang boleh dibuka dan diutak atik oleh orang lain. Contoh, kode-kode
Linux yang marak di perkenalkan baru-baru ini memiliki konsep open
source dan karenanya bisa dimiliki oleh khalayak ramai dengan sebutan
free software.
Kembali pada persoalan diatas, menjadi seorang hacker untuk tujuan
saling berbagi ilmu dalam teknologi informasi ini, atau dalam arti yang
lebih luas untuk memudahkan pemakai komputer pada masa yang akan datang,
bukanlah hal harus ditakuti. Sebaliknya, ilmu tersebut harus
diterjemahkan dan sama-sama digali sehingga menjadi bagian terintegral
dalam memahami lika-liku dunia cyber. Asal saja kita tidak terjebak pada
prilaku yang negatif sehingga menjadi seorang cracker yang membobol
sitem rahasia orang lain.
AWAL SEBUAH PERJUANGAN
Ketika kita meniatkan diri untuk lebih akrab dengan dunia hacker, maka
selain beberapa bekal yang disebutkan diatas, penguasaan bahasa
pemrograman, html dan bahasa inggris, nampaknya niat tersebut harus juga
dilengkapi dengan satu sikap mendasar tentang orientasi dan tujuan awal
kita menjadi seorang hacker. Alih-alih menjadi seorang pakar
pemrograman yang baik, jika tidak benar malah bisa terjebak pada prilaku
negativ yang tidak hanya merugikan orang lain tapi merugikan diri
sendiri. Konon, jika seandainya saja anda menjadi seorang cracker dan
anda dikenal suka membuka rahasia orang lain, maka, jangan harap anda
dapat dengan mudah berjalan-jalan kemanca negara. Karena, kata beberapa
sumber, nama anda sudah di "black list" sebagai penjahat cyber?
Di sisi ini menarik untuk di simak, satu sisi, kita butuh teknologi
canggih yang kerap bermunculan dalam hitungan detik, sisi lain ada
kehawatiran takut terjebak pada pola "nyeleneh" yang berakibat patal.
Namun demikian, sebagai satu sikap, kita berpijak pada satu kesepakatan,
bahwa mempelajari bahasa-bahasa yang ditawarkan oleh Eric Steven Raymon
diatas, adalah hal yang baik. Karena dengan mempelajarinya, kita
minimal dapat mendapat solusi untuk membuat program yang berguna bagi
orang lain. Dan jika ini dilakukan, percayalah, anda adalah seorang
hacker.